Monday, August 22, 2016

PENANDATANGANAN KESEPAKATAN

Oleh Dede Dudu Abdul Rahman (Guru Perintis SDN. Perumnas Cisalak)
Hujan rintik-rintik membasahi langit Kota Tasikmalaya bagian utara. Sejak pagi hujan tidak berhenti, tetapi tidak menghalangi agenda pertemuan dengan para orangtua tim inti peserta WJLRC SDN. Perumnas Cisalak yang memiliki komunitas literasi dengan nama Sabak Perumnas Cisalak (Sekolah Bacaan Perumnas Cisalak). Acara dimulai pukul 10.00 sesuai jadwal pada surat yang diberikan dua hari sebelumnya.
Penandatanganan kesepakatan program West Java Leader's Reading Challenge bersama orang tua dan tim inti sejumlah 10 peserta didik dilaksanakan di ruang literasi, Senin (22/8).
Kesepakatan ini merupakan salah satu syarat dalam pelaksanaan program WJLRC yang akan berjalan selama 10 bulan. Hal ini dilakukan agar para orangtua menjaga komitmen dan konsistensi anak-anaknya dalam menyelesaikan tantangan membaca sebanyak 24 buku mulai dari September 2016 hingga Juni 2017.
Dalam acara penandatanganan ini kami melakukan penguatan dengan diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan WJLRC. Termasuk teknik membaca, mereviu, dan diskusi (presentasi) kepada orangtua di depan peserta tim inti WJLRC.
Diskusi sangat interaktif, beberapa pertanyaan dari orang tua bermunculan, "Kami harus bagaimana untuk menjaga konsistensi anak untuk membaca?" tanya Mama Nasywaa. Kami menjawab dengan keterlibatan orangtua sangat penting, hal yang dapat dilakukan dengan mengingatkannya dan menjadi teladan bagi anak dalam membaca buku. Bisa saja dengan memberikan pertanyaan tentang buku yang dibaca anak-anak.
Sedang Mama Hasna mengatakan, "Anak-anak memiliki jadwal sekolah agama dan les privat. Bagaimana mengaturnya?".
Berdasarkan pengamatan kami, aktivitas peserta didik di luar sekolah sangat padat, seperti les privat dan sekolah agama. Setelah berdiskusi, pihak sekolah dengan para orangtua sepakat untuk mengadakan kerja sama dengan sekolah agama dan lembaga privat. Tujuannya untuk menyukseskan program yang harus dilewati peserta tim inti dengan kepala sekolah penggerak dan guru perintis selama 10 bulan ke depan.
Intinya, kami tidak menjadikan program ini sebagai beban. Sebab membaca harus menjadi kebutuhan seperti makan di lingkungan pendidikan agar melahirkan generasi yang mencintai ilmu pengetahuan sepanjang hayat mulai dari sekarang.









No comments:

Post a Comment